Cerita Aki: sekilas Pengalaman dalam Perang Kemerdekaan 1945-1949
Cerita Aki: Sekilas Pengalaman dalam Perang Kemerdekaan 1945-1949
Surat otentik dari seorang Aki (Kakek dalam bahasa Sunda) yang ditulis untuk cucunya (ketika itu masih remaja) yang tinggal di negeri Belanda.
Setelah Perang Dunia II selesai pada tahun 1945 dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu, Indonesia diduduki oleh tentara Inggris sebagai transisi untuk dikembalikan kepada Belanda. Tetapi pada 17 Agustus 1945 Sukarno-Hatta atas nama Rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia. Belanda ikut dengan tentara Inggris mendarat di Indonesia. Terjadilah konflik senjata antara Indonesia dengan Belanda.
Kedudukan Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta makin terjepit. Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Kasultanan Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia dan menawarkan Yogyakarta sebagai tempat kedudukan pemerintah Republik Indonesia. Tawaran ini diterima dan pemerintah RI pindah ke Yogya.
Aki pada waktu itu sekolah di Taman Madya (SMA Taman Siswa) di Yogya dan menggabungkan diri dengan Tentara Pelajar (Students Army). Organisasi TP sangat bebas (loose). Aki tidak pernah ikut latihan ketentaraan. Jika ingin berjuang di front, tinggal pamit pada guru dan kepala sekolah dan berangkat ke stasiun kereta api, lalu ikut ke front. Kalau sudah merasa capai di front, ya pulang dan sekolah lagi. Jadi seenaknya saja. Juga tidak diberi uniform. Masing-masing memakai baju biasa sehari-hari. Jadi bajunya macam-macam.
Di front dipinjami senjata dan diberitahu bagaimana menggunakannya, tapi tidak pernah latihan. Suatu ketika di front tempat Aki bermarkas diserang tentara Belanda. Aki bersama teman-teman berlindung di sebuah selokan. Diperintahkan menembak Belanda. Karena tidak terlatih, ya asal menembak saja. Bedilnya meletus, tapi entah musuhnya kena atau tidak. Kami terdesak dan diperintahkan mundur ke gunung. Waktu Belanda kembali ke Salatiga, mereka membakar desa-desa tempat tentara RI tinggal.
Lain waktu Belanda mengadakan serangan di Mranggen di tenggara Semarang. Tempat kami ada di sebuah bukit, agak jauh dari tempat serangan. Dari atas bukit dapat melihat Belanda bergerak. Seperti melihat film saja. Tapi tempat kami ketahuan dan ditembaki dengan mortir. Untung mortirnya tidak ada yang mengenai kami. Tak ada korban yang jatuh.
Kami dapat perintah untuk mencegat tentara yang memakai tank. Padahal kami cuma bersenjata senapan ringan (karabijn). Jadi sebenarnya tak ada gunanya untuk melawan tank. Tapi kami tak tahu bahayanya dan berangkat saja. Untungnya tanknya tidak lewat jalan tempat kami mencegat. Jadi selamat. Seandainya tanknya lewat situ, mungkin tak akan ada yang selamat.
Yang paling menyedihkan ialah kalau diperintahkan ke stasiun untuk menjemput jenazah para pejuang yang gugur. Petinya seadanya dan sering sudah berbau.
Waktu serangan 1 Maret 1949 Aki sedang ada di Yogya dan tidak sedang bergabung dengan TP. Siang hari sekitar pukul 11 setelah para gerilyawan meninggalkan kota, Belanda mengadakan pembersihan. Aki ikut tertangkap. Untung di rumah tak ada senjata dan surat-surat TP. Tapi Aki ditangkap juga dan dimasukkan penjara sampai satu setengah bulan.
Karena Aki termasuk orang yang tidak mempunyai senjata di rumah dan tak ada surat-surat TP, Aki diperlakukan dengan baik. Yang dipenjarakan banyak sekali, melebihi kapasitas penjara. Karena itu harus dibuat kamar mandi dan WC darurat. WC darurat terdiri dari lubang besar dan di atasnya ada papan kayu dengan lubang-lubang. Setiap pagi sebelum lonceng tanda bangun dibunyikan masing-masing orang sudah siap dengan sebuah kaleng air. Begitu pintu sel dibuka masing-masing balapan lari ke WC untuk mendapatkan sebuah lubang. Kalau kalah balapannya dan tak dapat sebuah lubang, harus menunggu sambil menahan sakit perut.
Yang paling senang ialah kalau dapat tugas menyapu halaman, karena dapat bebas jalan-jalan di halaman penjara yang cukup luas. Lumayan dapat rekreasi dan olah raga. Kami sering menyanyi lagu-lagu perjuangan. Tapi lalu dihentikan dengan paksa oleh serdadu-serdadu Belanda. Di penjara diperbolehkan menerima kiriman dari rumah. Kalau orang lain minta dikirim makanan, Aki minta dikirim buku. Ini kesenangan Aki. Bukunya termasuk buku pelajaran Bahasa Inggris. Waktu seorang penjaga Belanda melihatnya, dia tanya apakah Aki seorang pelajar. Aki bilang ya. Ternyata dia juga seorang student. Dia lalu baik sekali pada Aki dan berbicara Bahasa Belanda dengan Aki. Kadang-kadang Aki diberi roti makanan dia. Enak juga dapat makan roti dengan muisjes dan keju.